√ Guru Kurang Referensi, Pembelajaran Tidak Berkualitas

Pembelajaran yang baik tercipta sebab guru mempunyai kompetensi sehingga proses berguru mengajar lebih variatif. Kompetensi sanggup meningkat apabila sumber warta tidak hanya pada satu sumber contohnya buku pelajaran.

Variatif mengandung maksud bahwa terdapat percampuran dari beberapa sumber belajar, seyogyanya guru harus bisa membelajarkan dirinya tidak pada satu sumber saja melainkan juga dari beberapa sumber tersebut.

Kalau sekiranya terasa sulit, satu sumber berguru sudah bisa membuat pembelajaran yang vatiatif, dalam hal ini guru harus mempunyai kreatifitas, inovatif dan penuh obsesi. Tentunya, harus ada sasaran yang mesti di capai, sehingga segala tindakan sanggup diukur, untuk kemudian menjadi data dan warta dalam rangka perbaikan pembelajaran.

Persoalan dunia pendidikan bukan hanya problem kurikulum atau sistem, problem utama justru tiba dari guru itu sendiri. Tanpa merendahkan guru, sejujurnya yang harus kita jawab ialah berapa banyak guru yang mempunyai website favorit sebagai sumber informasinya? Ingatlah bahwa banyak website sanggup menjadi sumber yang baik perihal cara-cara pelaksanaan pembelajaran yang baik, berhasil dan menyenangkan.

Kemudian berapa banyak pula guru yang tahu nama pengarang dari sumber belajarnya? Orang yang sering membuka buku terutama buku kesukaannya niscaya hafal nama pengarang dan bahkan penerbitnya.

Baca Juga

Bagaimana mau meningkatkan kualitas pendidikan, "sorry" gurunya saja mungkin tidak pernah membaca. Guru yang mempunyai keterbatasan informasi, gaya mengajarnya cenderung "hanya kasih buku " atau dari awal hanya "menulis". Apabila membuktikan materi, lebih banyak marahnya. Pada umumnya guru demikian ialah guru yang belum siap mengajar.

Tugas pemerintah kini ialah memperbanyak training yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi guru. Pelatihan sangat penting bagi guru, sangat berbeda guru yang selalu mengikuti training dengan guru yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Melalui pelatihan, motivasi berguru dan mengajar guru sanggup mengalami peningkatan. Dan melalui training pula, pertukaran warta terkait proses berguru mengajar sanggup terupdate dengan baik. Apakah pemerintah sudah maksimal terlibat dalam proses peningkatan prestasi berguru mengajar guru?

Semenjak kala reformasi, frekuensi training guru mengalami penurunan akhir desentralisasi yang tidak berjalan dengan baik atau kebijakan pemerintah kawasan belum maksimal memandang dunia pendidikan sebagai belahan dari peningkatan pembangunan  di daerah. Banyak hak-hak guru terabaikan salah satunya ialah mengikuti pelatihan. Hal ini terjadi oleh sebab kompetensi penyelenggara negara khususnya didaerah tidak mempunyai pengetahuan yang mumpuni perihal dunia pendidikan. Terlalu banyak posisi-posisi strategis terkait pendidikan di tempati oleh orang-orang yang tidak kompeten sebagai efek dari dampak politik.

Padahal untuk membangun sebuah kawasan terlebih dahulu sumber daya manusianya yang dibangun. Kesalahan kita selama ini ialah terlalu besar perhatian pemerintah kawasan pada pembangunan fisik, pembangunan berupa fisik memang diharapkan namun sumber daya manusianya harus terlebih dahulu siap. Ketika Jepang mengalami kehancuran akhir bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, hal pertama yang mereka prioritaskan ialah pembangunan SDM. Tidak butuh waktu lama, kini Jepang menjadi negara maju, bukan sebab faktor lain namun sebab kompetensi SDMnya. Uni Emirat Arab termasuk negara terbelakang, rakyatnya hidup nomaden, kurangnya ilmu pengetahuan yang membuat mereka menjadi negara miskin, ketika prioritas pembangunan di arahkan pada pembangunan dunia pendidikan, titik terperinci mulai terbuka, bahkan kini menjadi negara maju, SDM bisa mengelola SDA-nya tanpa santunan tenaga asing, bahkan UEA menjadi salah satu negara yang kaya akan tenaga mahir semua bidang. Singapura ialah negara yang tidak mempunyai SDA, namun ekonomi mereka jauh di atas Indonesia, tidak lain ialah faktor pendidikan. Malaysia dalam sejarahnya pernah berguru dari Indonesia, kini justru terbalik.

Indonesia merdeka sudah 70 tahun, hingga ketika ini Indonesia masih bodoh di semua bidang. Tidak lain sebab dunia pendidikan bukan prioritas utama pembangunan sehingga masyarakatnya selalu terbelakang. Indikator perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan hanya dua, pertama kompetensi guru dan kedua kesejahteraan guru. Sampai ketika ini keduanya masih sangat rendah, kompetensi dan kesejahteraan guru jauh dibawah negara-negara lain. Maka jangan heran bila output yang dihasilkan juga jauh dibawah negara lain, apapun kurikulumnya bila kedua hal ini tidak di perhatikan tetap pendidikan di Indonesia hanya bisa melahirkan banyak kaum pintar tetapi bermental "kacung" sebab tidak di dukung dengan kompetensi yang dimiliki.

Dengan demikian, untuk membawa Indonesia menjadi negara maju maka kebijakan pemerintah harus diprioritaskan pada ke dua hal di atas yakni kompetensi dan kesejahteraan. Bagaimana pemerintah mendorong guru biar mempunyai motivasi memperkaya dirinya dengan banyak sekali warta terbaru, ilmu pengetahuan terbaru yang diperoleh dari banyak sekali sumber. Berbagai bentuk acara menyerupai pelatihan, workshop dan bahkan mendatangkan tenaga-tenaga mahir yang pribadi melaksanakan pendampingan di sekolah-sekolah guna membimbing guru untuk bekerja lebih profesional perlu di tingkatkan.

Pemerintah tidak bisa menyerahkan sepenuhnya kompetensi guru kepada guru itu sendiri, pemerintah harus menjadi privat bagi guru, sebab hanya sedikit dari sekian banyak guru yang mau berkorban demi pengembangan dan peningkatan kompetensinya. Hal ini terbukti dari kurangnya jumlah guru yang mengikuti lomba guru berprestasi, banyaknya guru yang mentok pada golongan IV/a, dan kurangnya karya tulis ilmiah hasil karya guru, apalagi bila berbicara perihal teknologi informasi.

Oleh sebab itu, belum bisa kita mengharapkan pembelajaran yang aktif, variatif, kreatif, menyenangkan dan inovatif sebelum ada upaya untuk merampungkan kompetensi guru yang rendah, motivasi berguru guru yang rendah, kesejahteraan guru yang rendah dan rujukan guru yang terbatas akhir kurangnya sumber berguru yang bisa di kanal oleh guru.

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "√ Guru Kurang Referensi, Pembelajaran Tidak Berkualitas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel