√ Wahai Guru Honorer, Engkau Kurang Pencitraan

Keberadaan guru honorer di sekolah-sekolah tidak sanggup dipandang sebelah mata, banyak sekolah justru bergantung kepada guru honorer. Bila dibandingkan dengan guru PNS, kualitas guru honorer sebagian besar justru melampaui kualitas guru PNS. Guru honorer banyak menguasai acara eskul disekolah, namun kenyataannya justru mereka diperlakukan tidak adil baik pihak sekolah maupun pemerintah.

Kalau pemerintah hanya mengandalkan guru-guru PNS, pendidikan di Indonesia sulit untuk berkembang. Rata-rata guru PNS telah memasuki usia di atas 50-an, kebanyakan dari mereka mulai mengalami penurunan kinerjanya. Pengalaman tidak bisa dijadikan dasar untuk menggerakkan pendidikan tanpa dibarengi dengan kerja keras. Disinilah keberadaan guru honorer yang rata-rata masih berusia muda diharapkan terutama dalam melaksanakan pembinaan. Usia muda juga menjadi jaminan perubahan yang sulit dilakukan oleh guru-guru PNS usia lanjut.

Keseriusan guru honorer mengajar dan membina banyak sekali acara di sekolah sebagai bukti bahwa mereka bekerja dengan hati nurani, rasa tanggung jawab, dan optimisme yang tinggi guna membuat karya-karya terbaik di dunia pendidikan. Bayangkanlah, gaji tidak berbanding dengan volume kerja. Mereka lebih banyak menyumbang tenaga dan pikirannya, sementara penghargaan terhadap mereka sangat kurang. Belum lagi perilaku diskriminasi sebagian guru yang memandang guru honorer tidak mempunyai kemampuan mengajar dan membina menyerupai mereka.

Kondisi yang terjadi gotong royong ialah kita lupa dan tidak mengakui kekurangan kita, ada banyak guru honorer yang mempunyai prestasi luarbiasa baik sebagai pengajar dan pembina di banyak sekali acara sekolah. Sebagian besar guru honorer lebih disiplin dan bertanggung jawab pada tugasnya ketimbang guru-guru PNS, kualitasnya juga setara bahkan banyak yang mempunyai keahlian yang tidak dimiliki guru-guru PNS, Uji Kompetensi Guru (UKG) sebagai buktinya, hampir semua guru honorer menguasai IT, sedangkan guru PNS kebanyakan buta dengan IT terutama guru yang sudah berusia lanjut. 

Namun itu selalu terkubur oleh ketidakmampuan guru honorer mencitrakan dirinya, mereka selalu memandang dirinya rendah dibandingkan dengan guru-guru PNS. Sehingga jangankan berjuang memastikan statusnya kepada pemerintah perihal pengangkatannya menjadi PNS, untuk merubah besaran gaji yang diterimanya sulit diwujudkan padahal hanya pada level kebijakan sekolah. Guru honorer harus mulai bersatu, jangan memperbanyak faksi-faksi lantaran gampang disusupi oleh kepentingan dari luar, kepentingan yang membuat gambaran guru honorer menjadi jelek dan lemah.

Baca Juga

Kepada guru honorer, buatlah satu portal perihal keberhasilan kerja guru honorer. Tunjukkan kepada publik bahwa itulah hasil kerja guru honorer lantaran selama ini anda yang bekerja namun nama baiknya dinikmati guru-guru PNS yang hanya memanfaatkan keberadaan dan keberhasilan guru honorer. Kemudian jangan pernah mengendurkan usaha menuntut pemerintah untuk melaksanakan perbaikan nasib ribuan guru honorer di seluruh Indonesia lantaran jikalau bukan anda yang berjuang, pemerintah sekarang tutup mata, sekolah hanya fokus pada pencitraan lantaran kepsek ketika ini ditentukan melalui “kedekatan” dengan penguasa bukan “karir/kompetensi”.

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "√ Wahai Guru Honorer, Engkau Kurang Pencitraan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel