√ Renungan Buat Para Guru

Saudaraku, pada hari ini mungkin saja kita merasa lelah, capek, bosan dan jenuh. Namun ketahuilah bahwa apa yang kita persembahkan kepada anak didik kita tidak ada yang sia-sia, semua mengandung manfaat, berkhasiat bagi diri kita sendiri maupun bagi anak didik kita.

Saudaraku, dimalam hari kita selalu membuka lembaran-lembaran nilai dan bahan untuk memastikan sesuatu yang akan diberikan kepada anak didik atau ingin mengetahui anak didik yang belum tuntas. Anak didik yang belum tuntas dipikirkan olehmu supaya tuntas walaupun harus berkalang ngantuk, yang baik menjadi rangkuman, yang tidak baik dilewatkan alasannya yaitu hati kita selalu mengharapkan kebaikan. Hati kita mengharapkan anak didik menjadi anak panutan, menjadi teladan bagi rekan-rekannya, teladan bagi lingkungannya dan teladan bagi keluarganya.

Saudaraku, tugasmu yang mengajarkan kebaikan, membuatkan ilmu dan pengetahuan, memberi teladan dan teladan kepada anak didik, menyebarluaskan pesan-pesan etika merupakan sebuah profesi yang mulia diantara semua profesi, bahkan kedudukan para profesor sekalipun masih dibawah kedudukanmu. Bayangkanlah Tuhan memerintahkan kepada hambanya untuk “iqro” (bacalah), kepada siapa saja perintah itu? Saudaraku, perintah itu kepada guru dan siswa atau kepada siapapun untuk belajar, ujungnya kepada guru pula mereka akan menimba ilmu. Karena guru yaitu tangan-tangan Tuhan yang memperkenalkan kekuasaannya, kebesarannya, keagungannya bahkan kesempurnaannya.

Saudaraku, orang mengenalmu sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”, namun bagiku, engkau yaitu “pahlawan yang bertabur bintang jasa”. Engkau mungkin tidak pernah menyadari, atau bahkan masyarakat luas pun tidak pernah menyadari betapa setiap keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai oleh anak didik, itulah bintang kepahlawanan yang sesungguhnya, bukan hanya sebagai benda yang melekat dijas, bintang yang hanya menghiasai lemari koleksi atau dinding buram, tetapi bintang yang engkau hasilkan yaitu “bintang masa depan”. 

Saudaraku, bila engkau pandang disekitarmu, engkau akan menemukan orang-orang yang berkaki-kan roda empat, berlindung dibawah kemegahan dunia, ke mall hanya tinggal gesek berapapun yang mereka bawa pulang. Kesejahteraanmu mungkin jauh dibawah mereka, untuk makan saja berbatas-batasan, berlindung dibawah cengkeraman kayu-kayu lapuk, dilangit-langit rumah nampak laba-laba berpesta, anak-anakmu hanya tersenyum senang tetapi niatnya tiadalah hingga alasannya yaitu keterbatasanmu. Akan tetapi ketahuilah bahwa kekayaan yang bekerjsama yaitu kekayaan hati, alasannya yaitu hatimu banyak orang menemukan cahaya ilahi, alasannya yaitu hatimu mereka bisa bertahan hidup, alasannya yaitu hatimu mereka sanggup menikmati kemewahan dunia, alasannya yaitu hatimu mereka tahu sesuatu. Kekayaan itulah yang tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun selain engkau para guru.

Baca Juga

Saudaraku, mungkin semua orang berlomba-lomba mencari kekuasaan, mencari nama, derajat, jabatan, pangkat dan sebagainya. Sementara Engkau hanya mengajar anak didik dengan segala macam ilmu dan pengetahuan, mengajari mereka dengan perilaku dan prilaku yang baik, engkau menanamkan pohon kebaikan disetiap hati yang masih hampa dan suci. Ketahuilah bahwa hasil kerjamu, hasil yang engkau tanamkan kepada mereka telah menempatkan engkau pada derajat yang tinggi, daerah yang mulia, kekuasaan yang menguasai kerajaan setiap hati manusia. Namamu telah menghiasi doa-doa para hamba Allah yang shaleh “Ya Allah, lindungilah para guru-guru kami, tempatkanlah mereka di surgamu yang paling mulia, tunjukkanlah mereka jalan yang lurus jalan yang engkau ridhoi dan ampunilah dosa-dosa para guru kami”.

Saudaraku, walau engkau tidak sehebat Habibie, tidak selancar Bung Karno bercakap, tidak seilmiah para ilmuwan, tidak mempunyai sejumlah tumpukan harta, namun berbanggalah bahwa mereka semua yaitu hasil didikan tangan-tangan bijak dari para guru. 

Saudaraku, dipundakmu terletak tanggung jawab mulia, di dadamu tersimpan hati nurani daerah bersemayamnya cinta hamba kepada Tuhan, melalui tanganmu gesekan yang maha agung diamanahkan. Masihkah engkau merasa rendah? Masihkah engkau belum mengakui arti dirimu? Padahal baik engkau sadari maupun tidak engkau sadari, semenjak engkau menjadi guru, semenjak itulah engkau menerima titah dari Yang Maha Agung, Tuhan Yang Maha Esa. Sadar atau tidak, engkau telah peroleh “ilmu laduni”, ilmu yang eksklusif diturunkan Allah SWT kepada hambanya. Renungkanlah, ilmu yang engkau sanggup di kursi kuliah belumlah cukup untuk menopang kita menjadi seorang guru, tetapi alasannya yaitu kekuasaan Allah, kita bisa mengemban kiprah sebagai guru.

Saudaraku, suatu kesyukuran bagi guru alasannya yaitu hidupnya berlimpah doa, doa dari para siswa yang setiap hari senin tepatnya pada dikala upacara bendera dipanjatkan. Kalau siswa kita jumlahnya 1000-an orang maka 1000-an doa yang menerangi langkah kita, bagaimana jikalau setahun, dua tahun atau selama kita mengajar hingga pensiun. Sementara profesi lain bergelut dengan pekerjaannya, terpeleset sedikit saja, fitnah dunia menyapanya atau tuntutan alam abadi menunggunya. Sementara engkau, iringan doa terus menerus menopangmu, timbangan alam abadi menantimu buat menambah pundi-pundi kebaikanmu.

Saudaraku, marilah kita menggapai surganya Allah dengan cara mengajar anak didik dengan penuh keikhlasan, dengan jiwa besar, dengan budi dari dalam hati yang paling dalam semata-mata alasannya yaitu mengharapkan ridho Allah SWT. Buatlah hidup kita menjadi berarti bagi seluruh umat manusia, tanamkan tekad dan kesepakatan yang berpengaruh dan dengan pendirian yang teguh untuk selalu menjadi “Pahlawan Masa Depan” bagi generasi penerus bangsa.


Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "√ Renungan Buat Para Guru"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel