√ Kekerabatan Antara Teknologi Gosip Terhadap Profesionalisme Guru.
Hampir semua orang sependapat bahwa teknologi gosip telah, sedang dan akan merubah kehidupan umat insan dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup yang lebih efektif, lebih
bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, teknologi gosip juga mempunyai hal yang demikian. Sebagai teknologi, kedua sisi tersebut keberadaanya sangat tergantung pada pemakainya.
Adi Sasono ( 1999) mengidentifikasi beberapa kenyataan berikut yang bisa menunjukkan pertimbangan kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan dengan sebenar-benarnya, alasannya apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami kesudahannya secara fatal, yaitu
- Teknologi gres sering membuka peluang bagi perubahan hirarki sosial yang ada di masyarakat sehingga mendorong terjadinya demokratisasi, tetapi disisi lain hirarki sosial yang ada sanggup dipertahankan oleh teknologi dan bahkan diperkuat lagi.
- Design teknologi sekaligus menyangkut asumsi-asumsi yang sanggup mengundang atau sebaliknya meniadakan bantuan insani. Pemakaian secara tidak sempurna akan suatu teknologi sanggup mengarah pada “dehumanisasi”.
- Komputer sebagai suatu teknologi bisa terancam fungsinya sebagai alat otomasi yang ditujukan untuk memerintah atau bahkan mengganti posisi pekerja dalam mengambil keputusan. Sebaliknya sistim yang dirancang secara demokaratis akan merespon dimensi komunikatif dari komputer sehingga bisa memfasilitasi kemandirian masyarakat.
- Komputer sebagai teknologi sanggup dipakai untuk mengotomasi produksi sehingga membebaskan insan dari upaya-upaya fisik proses produksi yang membosankan. Disisi lain, komputer juga sanggup dipakai untuk mengintegrasikan mesin dan pekerja pada tingkat keterlibatan intelektual dan produtifitas yang lebih tinggi, yang disebut dengan istilah “to informate”. Istilah ini bukan sekedar alternatif bagi otomatisasi dalam makna yang umum, uamun lebih merupakan suatu cara yang lebih baik dalam otomatisasi yang mempertimbangkan potensi sumberdaya insani dalam lingkungan kerja gotong royong dengan mempertimbangkan potensi teknikal komputer secara sinergis.
Lebih lanjut Adi Sasono (1999) menyatakan revolusi teknologi gosip yang pesat telah mengaburkan batas-batas tradisional yang membedakan bisnis, media dan pendidikan. Teknologi gosip juga mendorong permaknaan ulang perdagangan dan investasi. Revolusi ini secara niscaya merasuki semua aspek kehidupan, pendidikan, segala sudut usaha, kesehatan, entertaiment, pemerintahan, rujukan kerja, perdagangan, rujukan produksi, bahkan rujukan kekerabatan antar masyarakat dan
antar individu. Suatu hal yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu.
Revolusi gosip global ialah keberhasilannya menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni menjadi terintegrasi. Hal ini merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi di
bidang komputer personal, transmisi data, lebar pita (bandwitdh), teknologi penyimpanan data (data storage) dan penyampaian data (data access), integrasi multimedia dan jaringan komputer.
Konvergensi dari revolusi teknologi tersebut telah menyatukan banyak sekali media, yaitu bunyi (voice, audio), video, gambaran (image), grafik, dan teks ( Sasono, 1999).
Pada dasarnya, adanya teknologi gosip telah memungkinkan dan memudahkan insan saling bekerjasama dengan cepat, mudah, terjangkau, dan mempunyai potensi untuk mendorong pembangunan masyarakat. Teknologi yang semacam ini harus dimiliki oleh rakyat secara luas untuk sanggup membantu rakyat mengorganisir diri secara modern dan efisien, sehingga pada gilirannya rakyat yang menerima manfaat terbesar .
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi gosip menyerupai diatas ialah sebuah tantangan yang harus bisa dipecahkan secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi gosip yang demikian akan mengubah rujukan korelasi guru-murid, teknologi instruksional dan system pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian ini. Adanya revolusi gosip harus sanggup dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan adat yang dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan sumbangan banyak sekali pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan. forum penghasil guru yang mempersiapkan tenaga pendidikan/ keguruan yang harus bisa melaksanakan tindakan yang tepat, sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi gosip dan kebutuhan masyarakat.
Profesionalisme guru perlu didukung oleh suatu kode etik guru yang berfungsi sebagai norma aturan dan sekaligus sebagai norma kemasyarakatan. Kelembagaan profesi guru sangat diharapkan untuk menghindari terkotak-kotaknya guru alasannya alasan struktur birokratisasi atau kepentingan politik tertentu. Profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi yang standar yang harus dikuasai oleh para guru profesional. Salah satu dari kompetensi tersebut ialah pemilikan kemampuan memakai teknologi gosip yang terus menerus berkembang sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat. Keahlian yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan akta keahlian haruslah dipandang perlu sebagai prasyarat untuk menjadi guru profesional.
Disinilah tugas akademi tinggi atau forum penghasil guru sangat penting. Kerjasama antara keduanya menjadi sangat diperlukan. Sebagai forum pendidikan tenaga kependidikan dalam memproduk guru yang profesional tidak sanggup berjalan sendiri, selain harus bekerjasama dengan forum profesi guru, dan alumni (baik secara kelembagaan maupun secara personal).
Untuk itu, maka pengembangan profesionalisme guru juga harus mempersyaratkan hidup dan berperanannya organisasi profesi guru tenaga kependidikan lainnya yang bisa menjadi daerah terjadinya penyebarluasan dan pertukaran wangsit diantara anggota dalam menjaga kode etik dan pengembangan profesi masing-masing.
Belum ada Komentar untuk "√ Kekerabatan Antara Teknologi Gosip Terhadap Profesionalisme Guru."
Posting Komentar