√ Menapak Jalan Menuju Ufuk

Pekerjaan yang tidak ada ujungnya ialah mendidik, namun demikian pendidik harus terus berjalan mengantarkan penerima didik menuju ufuk.  Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata bosan, teruslah bekerja dan berusaha untuk membuka lapak-lapak sebagai pijakan anak didik meraih masa depannya.

Jangan memandang penerima didik hanya lantaran kiprah dan tanggung jawab, tetapi bawalah mereka lantaran keimanan dan ketulusan hati, cinta, kasih sayang dan keiklasan sebagai bab dari dedikasi kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merekalah estafet masa depan, merekalah yang akan meneruskan buah karya kita ketika ini. Merekalah yang akan menuliskan bait dan syair yang akan membawa kita pada kedamaian menuju hari tua, hari dimana kita tidak bisa lagi untuk menyebarkan pengetahuan.

Bentuklah penerima didik dengan bentuk yang paling tepat semoga kedepan mereka tidak melahirkan generasi-generasi palsu, kelihatan mempunyai kemampuan tetapi kenyataan jauh dari harapan. Jangan hingga jalanpun tidak nampak di depan mata, lantaran ilmu tidak terkorelasi dengan jalan stapak yang harus mereka lalui, akhir dari hilangnya keaslian ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Sebagai pendidik, kembangkan kreatifitas penerima didik, tanamkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya digunakan untuk menggapai ufuk. Di jaman sekarang, tantangan semakin kompleks baik dari dalam maupun dari luar, butuh kesiapan untuk menghadapinya. Apalagi arus gosip yang semakin cepat,  tidak terbatas pada kalangan tertentu tetapi sudah menjadi kebutuhan semua manusia.

Menuju ufuk tidaklah mudah, belum ada satupun insan yang bisa mencapai ufuk, namun perlu dipahami bahwa siapa yang langkahnya lebih jauh maka merekalah yang paling berpengetahuan. Menuju ufuk bagaikan para kabilah arab, mereka bukanlah orang-orang  yang tidak berpengetahuan, mereka merupakan orang-orang terpandang, semakin jauh mereka berjalan maka semakin dalam pula ilmu pengetahuan yang mereka miliki, para kabilah ialah moyang para penguasa arab. Artinya jikalau penerima didik hanya diberi pengetahuan tetapi asal memenuhi kiprah dan tanggung jawab saja maka kedepan mereka akan dilindas oleh kabilah-kabilah penguasa gosip ketika ini.

Menarik untuk di telaah, bahwa banyak pendidik yang hanya menjalankan kiprah dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, apakah siswa paham atau tidak, mereka hanya bersandar pada waktu, yang terpenting siklus pembelajaran berjalan sesuai yang direncanakan, duduk perkara hasil terserah yang empunya(orang tua) untuk diperbaiki. Maka lahirlah lembaga-lembaga bimbingan belajar, kursus, privat dan lain sebagainya.

Bila kita perbandingkan dengan pendidik dimasa lalu, maka kita akan menemukan kesenjangan motivasi pendidik. Saat ini pekerjaan mendidik sudah disemangati oleh pemikiran liberal, pemikiran yang mengedepankan kebebasan berpikir, pemikiran yang hanya memandang bahan sebagai tujuan utama sehingga jangan heran apabila semangat undang-undang guru dan dosen lebih pada pemenuhan ambisi dan egoisme pribadi, sebagai wujudnya ialah sertifikasi guru. Program yang menguntungkan pendidik tetapi telah meracuni dunia pendidikan, demi alasan ekonomi, pendidik melaksanakan banyak sekali cara semoga terpenuhi syarat sebagai pendidik profesional. Maka kemudian menyebarkan jam untuk memenuhi tatap muka 24 jam di kelas, walaupun kompetensi yang dimiliki tidak sesuai dengan pengertian profesional itu sendiri, yang rugi ialah penerima didik, jalannya semakin buram lantaran mendapat pelita yang redup. Olehnya itu, kepada pendidik yang telah mendapat akta pendidik sebagai predikat profesional untuk terus meningkatkan empat kompetensi anda yakni kompetensi pedagogik, sosial, profesional dan akademik.

Akan sangat berbahaya apabila penerima didik melampaui kemampuan pendidik, lantaran mereka akan gampang tersesat, alasannya ialah jalannya dibuka dengan meraba-raba tanpa petunjuk. Pengetahuan mereka hanya berfungsi sebagai alat pembuka jalan bukan penunjuk arah. Karakter usia muda yang selalu mencoba sesuatu yang gres sanggup merusak tatanan yang sudah bersiklus jauh hari, jadinya timbullah kecelakaan dimana-mana, agenda rehabilitasi mengatakan terdapatnya duduk perkara di dunia pendidikan, hukum, sosial dan budaya.

Jika demikian kenyataannya, apakah arah kompas masih menunjuk ufuk dengan tepat?

Belum ada Komentar untuk "√ Menapak Jalan Menuju Ufuk"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel